Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2021

Tentang sabar

Cap menjadi orang yang diberi label sabar itu seperti apa? Apa ada yang bisa mengukur tingkat sabar setiap orang? Tidak ada. Memungkinkan bila orang melihat aktivitasnya setiap hari. Bagaimana ia menilai cara hidupnya, caranya dalam menyikapi masalah misalnya, atau apapun itu yang membuat kesabaran termuat di dalamnya.  Membahas tentang sabar, apakah semua orang baik itu sabar? Belum tentu. Tapi apakah orang yang sabar itu baik? Yah bisa jadi. Heheh Apalagi dalam hal sabar menghadapi masalah, sabar untuk tidak melawan hal yang tidak ada manfaatnya, tidak berfaedah, itu masih dalam kategori baik. Tapi bukan berarti orang yang kalian kira selama ini sabar, tiba-tiba marahnya tidak dikendalikan. Terus buru-buru dicap orang yang tidak baik yah... Itu kurang tepat. Sebab kita tidak tahu seberapa besar masalah yang sedang dihadapi, seberapa lama amarah itu ia pendam, dan seberapa lama bersabar untuk tidak meluapkan amarahnya itu.  Memang kata sabar dan rasa sabar itu sebenarnya tida...

Kalau ada yang bilang...

    Kalau ada yang bilang. "Jadi perempuan kok galak, judes, kata-katanya suka nusuk" tidak perlu dipikirkan sampai pusing kepala dong. Jadi perempuan memang harus to the point, tidak perlu basa-basi cuma karena ingin ngobrol lama, cerita sampai berlarut-larut hingga lupa waktu. Ujung-ujungnya dapat gombalan manis tak terkira tapi abu-abu, tidak jelas.  Perempuan itu sungguh perasa. Wajar perempuan tidak gampang untuk merespon apapun yang datang. Wajar kalau perempuan pilih-pilih. Karena sejatinya perempuan, apalagi yang telah beranjak dewasa adalah pemilih yang sudah terasah. Terasah dari korban penjelajahan laki-laki, gombalan maut penuh dusta, dan juga janji manis yang berharap digubris.  Seiring waktu, perempuan akan tahu mana yang asli dan mana yang palsu. Mana yang hanya sekedar singgah mana yang sungguh. Mana yang serius dan yang hanya sok-sok misterius, berharap perempuan cari tahu seluk beluknya. Semua akan terdeteksi dengan cepat.  Untukmu wahai penjaj...

Setidaknya tahu keadaan

            Hubungan yang menjadi renggang itu sebabnya lebih sering terjadi karena faktor internalnya sendiri. Bisa jadi atau malah sering kali terjadi karena kurangnya pengertian antara kedua belah pihak. Yah sikap yang pasti ada dalam diri, entah berapa persen banyaknya. Yah ketika sikap egois yang berperan, dengan adanya hal itu akan besar peluangnya hubungan jadi renggang, timbul marah -marah an, putus, bahkan sampai cerai terealisasikan.           Kadang dalam kondisi saking marahnya seseorang, berakibat pada persepsi yang hanya melihat satu jalur saja. Tanpa melihat dan mengoreksi kembali jalur yang telah atau bahkan telah ditamatkan. Kadang apa yang akan, sedang, bahkan telah selesai dilakukan semuanya dianggap benar, paling baik, dan hal yang paling tepat diantara pilihan yang ada.             Padahal itu belum, sebab kacamata yang digunakan untuk melihat masalah itu hanya kacama...