Ridho orang tua
Bicara soal ridho orang tua atau restu orang tua tuh gimana yah… covernya banyak pro dan kontranya sih menurut pengamatan pribadiku. Apalagi kalau kita bandingkan dengan zaman modern sekarang ini, sudah banyak cerita inspirasi yang aku baca dan dengar dari orang-orang di sekitarku. Tapi menurut aku sih sekali lagi itu covernya saja yang beda tapi isi dan intinya itu sebenarnya tetap sama dalam cerita itu meski tersirat. Kalau mau di bahas lebih detail, yah oke. Memang itu sih tujuannya..Hehehe
Banyak orang yang sudah berbagi kisah mereka tentang ridho orang tua. Salah satunya tokoh inspiratif yang masih aku ingat adalah penulis cantik yang dikenal dengan Gitasav yang punya nama lengkap Gita Savitri Devi. Dalam bukunya yang berjudul “Rentang Kisah” yang terbit tahun 2018 ini gitasav bercerita tentang lika-liku kehidupannya terutama soal pendidikannya. Saat dirinya bingung ingin mengikuti passion dan mimpinya. Passionnya yang memantapkan niat untuk kuliah seni rupa dan mimpinya sejak SMP ingin mencicipi rasanya sekolah di Negara lain. Dengan sungguh-sungguh ia sudah belajar susah payah, jungkir balik, siang-malam mengikuti tes demi tes untuk melanjutkan kuliah di kampus pilihan dan jurusan yang ia minati. Setelah ia dinyatakan lulus di kampus impiannya itu, ibunya menawarkannya opsi lain yaitu kuliah di Jerman. Ibunya lebih ingin anaknya kuliah di Jerman dibandingkan dengan kuliah seni, tentu dengan berbagai pertimbangan tertentu. Menghadapi kenyataan itu, ia menuliskan kisahnya dalam buku karyanya bahwa ia seperti berada di jalan buntu. Singkat cerita dengan banyaknya motivasi dari dalam dirinya sendiri tentang kesempatan yang kuliah diluar negeri sudah ia dambakan sejak lama, ia mengikuti kata Ibunya. Ia bisa saja yakin dengan pilihan sendiri dan tidak mendengarkan keinginan orang tuanya. Namun, ia percaya bahwa ridho Allah adalah rindho orang tua.
Bagaimana jalan menuju masa depan mau lancar, kalau orang tua tidak mengizinkan? yakinnya. Hingga sekarang dengan kehidupan yang ia jalani di negeri orang bisa menjadi inspirasi untuk banyak orang. khususnya kaum milenial dengan ceritanya dan banyak memberikan informasi serta bisa menjadi motivasi bagi yang ingin melanjutkan kuliah di Negara lain.
“ Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya” (QS Al-Isra’: 23)
Selain kisah yang aku tuliskan diatas banyak kisah-kisah lain yang pernah aku baca dan bahkan aku mengalaminya sendiri. Aku ingin sedikit bercerita, saat itu aku beranjak menginjakkan kaki ke jenjang SMA/SMK, saat itu aku mendaftarkan diri disalah satu sekolah kejuruan negeri dan memilih jurusan multimedia. Setelah mengikuti serangkaian tes pada umumnya, tibalah masanya pengumuman dikeluarkan oleh pihak sekolah. Aku mendapatkan kabar bahwa aku tidak lulus di jurusan tersebut karena sudah banyak peminat sebelumnya. Sontak jelas aku kecewa dan terbawa perasaan sampai diriku menangis didepan guru kala itu. Hehehe sakit rasanya ya Allah, tapi kini mengingat kejadian itu malah membuatku tersenyum hari ini, aku bahkan sempat mengucap syukur tidak diluluskan di jurusan tersebut. Setelah aku dinyatakan tidak lulus dijurusan tersebut, dengan banyak pertimbangan bahkan sempat ada perdebatan kecil dikarenakan perbedaan pendapat. Aku akhirnya mengambil jurusan agribisnis pertanian. Lebih tepatnya jurusan itu bukanlah pilihanku, tapi pilihan orang tuaku. Pilihan yang awalnya ingin aku ambil adalah jurusan elektro yang kebanyakan didalamnya adalah laki-laki. Tapi pilihanku tidak disetujui oleh kedua orang tuaku tentu dengan banyak pula pertimbangan. Aku bahkan sampai tidak lagi ingat pertimbangan apa saja kala itu, karena aku sempat kecewa dan putus asa dengan semuanya.
Dalam perenunganku entah berapa lama, saat itu bahkan aku belum menemukan jawaban, tapi sebab waktu yang kala itu terbatas untuk segera memutuskan, aku mengiyakan saja jurusan yang dipilih orang tuaku, sekolah kejuruan jurusan agribisnis pertanian. Oke aku jalani.
Bersekolah dari pagi hingga sore hari betul-betul menguras tenaga. Untung saja teman-teman dapat diajak kerjasama dengan suasana yang penat kala itu, semua baik dan saling pengertian. Satu tahun berlalu aku merasa baik-baik saja dan cukup bahagia dengan pilihan ini, pelajaran yang menarik, praktikum yang nyaman serta laporan yang betul-betul menantang. Singkat waktu, prestasiku kala itu Alhamdulillah sangat baik, laporan yang selalu mendapat nilai di atas rata-rata. Bahkan aku ditunjuk untuk mewakili jurusanku untuk mengikuti lomba tingkat kabupaten dan alhamdulillah lagi menjadi pemenang, maju lagi pada tingkat provinsi dan Alhamdulillah naik sebagai juara ke-2. Singkat cerita itu untuk lomba mewakili jurusan, beda lagi dengan beberapa lomba mata pelajaran umum yang lain. Alhamdulillah beberapa kali diberikan kepercayaan untuk mengikuti lomba mewakili sekolahku. Terima kasih atas rindho mama dan bapak selama ini. Maafkan anakmu yang terlalu banyak maunya. Andai saja aku tidak menuruti keinginan orang tuaku, mungkin prestasi serta kebahagiaan yang aku dapatkan kala itu tidak akan pernah aku rasakan.
Kisahnya cukup panjang jika harus menceritakan secara detail, tapi dengan kisah yang aku alami sendiri itu cukup menjadi pelajaran hidupku tentang rindho orang tuaku yang harus aku jaga terus menerus. Masalah apapun itu jika ada pertentangan atau perbedaan pendapat dari diri kita terhadap orang tua, sebisa mungkin untuk dibicarakan dengan kepala dingin dan tenang. Minta pendapat lebih baiknya seperti apa, orang tua lebih banyak tahu tentang kehidupan dibanding kita yang belum lama merasakan asam, manis, pahit dan hambarnya kehidupan.
Cerita yang banyak beredar diluar sana tentang keberhasilannya, tentang kesuksesannya seseorang, yang diungkapkan bahwa alasannya semata-mata karena mengikuti kata hati, mengikuti keinginannya sendiri bukan keinginan orang tuanya, percaya pada kemampuan dirinya saja tanpa ada campur tangan orang tuanya. Meskipun pada awal pengambilan keputusan kita orang tua tidak setuju bukan berarti orang tua tidak ridho. Orang tua hanya khawatir akan keputusan yang berani kita pilih, orang tua jelas ingin yang terbaik untuk anaknya. Tidak ada orang tua yang ingin melihat anaknya menderita apalagi sengsara. Aku percaya bahwa keberhasilan yang seseorang itu rasakan adalah suatu bentuk keridhoan orang tuanya. Orang tuanya ridho atas apa yang anaknya pilih meskipun sebelumnya ada percekcokan dalam pembicaraan, demi untuk kebaikan anak yang mungkin susah untuk mengalah, bergulirnya waktu orang tua memberikan kepercayaan meski tanpa ia ucapkan lewat bibirnya, tanpa ia harus bersuara, ia mengikhlaskan kehidupan anaknya, orang tuanya meridhoi jalan hidup yang dipilih anaknya, berharap kesuksesan anaknya di masa depan.
Yakinkan dalam hati ridho Allah adalah ridho orang tua.
Komentar
Posting Komentar