Lahir Dari Sakit Hati


Tentang berkarya adalah  tentang niat. Niat yang sungguh-sungguh, siap untuk menerima semua situasi yang akan datang. Tentang berkarya, juga tentang kemampuan. Banyak orang diluar sana yang dengan gampangnya mencap dirinya tidak bisa, padahal mencobanya saja belum dilakukan. Dalam situasi seperti itu, bisa dibilang memang ia tidak niat untuk melakukan aktivitas tersebut.

Berkarya itu tentu juga tentang bakat yang dimiliki seseorang. Meskipun awalnya tidak mahir, lama-kelamaan akan mahir jika terus latihan. Tidak ada pemain prosefional diluar sana yang lahir begitu saja. Semua kemahiran yang mereka perlihatkan saat ini, tentu ada perjuangan yang keras sebelumnya, ada pengorbanan yang menguras emosi, menguras tenaga, mengorbakan waktu, bahkan banyak diantaranya yang mengorbakan keluarga mereka.

 Menurutku, semua orang punya bakat. Hanya saja banyak yang tidak niat untuk mengetahui apa bakat mereka, tidak ada rasa ingin tahu, tidak ada rasa percaya diri dalam dirinya tentang kemampuan yang dimiliki. Berdiam di zona nyaman tanpa menghasilkan apa-apa, ataukah tidak ada kepikiran sama sekali untuk melakukan hal lain yang bermanfaat.

Aku pernah mendengar bahwa banyak karya yang lahir dari keadaan yang tidak baik-baik saja. Entah lahir dari adanya kerinduan yang menyiksa batin, rasa terabaikan oleh seseorang yang kita sayangi, ataukah rasa sakit hati dan kecewa yang begitu beragam penyebabnya.

Aku pribadi percaya adanya kata-kata itu, sebab salah satu karyaku hadir setelah aku merasakan sakit hati. Rasa sakit itu membuatku sadar akan banyaknya hal-hal baik yang telah aku lewatkan begitu saja. Rasa sakit itu yang membuatku bangkit untuk menjadi seseorang yang punya karya yang bisa aku perlihatkan oleh banyak orang. Sebuah karya yang ingin aku perlihatkan kepada seseorang yang menyakiti hatiku kala itu. Aku ingin membuktikan bahwa rasa sakit yang ia tinggalkan berbuah manis. Aku tidak merasakan sakit terlalu lama karena ulahnya. Akan kutunjukkan bahwa aku bisa, tanpanya.

Kala itu, aku benar-benar ingin membuktikan bahwa aku bisa bangkit dari keterpurukan. Aku bisa menjadi orang yang lebih bermanfaat, dan punya banyak hal yang dilakukan diluar sana.

Dari rasa sakit itu aku akhirnya memutuskan untuk mengenal lebih jauh tentang dunia literasi, khususnya dunia menulis. Aku cukup tahu bahwa seorang penulis tidak lepas dari kegiatan membaca. Seringnya seorang penulis membaca, sangat berpengaruh nantinya dalam proses melahirkan sebuah karya seperti buku, majalah, dan sebagainya. Membaca sangat bermanfaat dalam hal kecerdasan verbal, keragaman kata, penyambungan kata satu dengan yang lain, serta pemilihan kata yang tepat.

 Awalnya aku hanya membiasakan diri untuk membaca setiap hari. Membaca banyak buku motivasi sebagai bahan charger semangatku. Hari demi hari aku mencoba untuk membaca beragam jenis buku dari genre yang berbeda. Setelah beberapa lama, aku memberanikan diri untuk menulis. Menulis sesuka hati, meluapkan semua perasaan yang aku punya. Menulis semua hal yang tidak bisa aku keluarkan dari mulutku. Yah, dan pada akhirnya ada banyak hal yang aku rasakan setelah melakukan itu semua.

Sejak saat itu, aku memberanikan diri untuk membuat sebuah buku yang berisi tentang perjalanan hidupku. Kurang lebih selama 1 tahun aku belajar untuk menulis sebuah naskah. Tiba pada satu waktu aku memulai naskah untuk buku solo pertamaku, yang sangat aku impikan bisa terbit nantinya. Hari demi hari kulewati dengan semangat yang membara. Tiada hari aku lewatkan untuk menulis. Padahal saat itu, aku sedang sibuk-sibuknya mengurus penelitian semester akhirku.  Tapi aku terus meyakinkan diriku bahwa tidak ada yang tidak mungkin jika Allah ridho atas hal baik yang kulakukan.

Hingga 1 tahun kemudian aku berhasil menyelesaikan hampir 2 buku. Buku pertama adalah sebuah novel yang bercerita tentang kisah perjalanan hidupku, dan yang kedua adalah sebuah buku yang berisi puisi ciptaanku. Puisi yang menggambarkan tentang luka dan keteguhan dalam menjalani hidup. Atas pertolongan Allah, penelitian akhirku pun bisa aku selesaikan.

Aku tidak tahu, apakah aku bisa dikatakan berbakat dalam hal menulis. Tapi dengan menulis, aku merasa senang jika melakukannya. Aku merasa senang jika hasil tulisanku menjadi sebuah buku. Apalagi jika naskahku dinyatakan lolos dalam undangan menulis yang aku ikuti.

Aku bisa menulis, tapi aku sadar aku tidak terlalu mahir. Buktinya tidak semua naskahku lolos, ada juga yang ditolak. Tapi, dengan semua penerimaan serta penolakan yang aku terima, aku akan terus berusaha untuk terus menulis sebagai bahan latihan dan menguji kemampuan diri. Aku terus menanamkan dalam diriku bahwa tidak ada pemula yang langsung mahir hanya dalam sekali atau dua kali mencoba. Pasti perlu latihan berkali-kali lebih banyak, pengorbanan yang menguras air mata, serta niat yang bersungguh-sungguh.

Seiring bertambahnya waktu, dengan latihan seadanya aku berharap kemampuan menulisku pun bertambah. Aku tidak berharap lebih banyak karena aku sadar, kini latihanku juga biasa-biasa saja. Aku bahkan pernah merasa ingin menulis jika waktu senggang saja. Tidak menjadikan menulis sebagai sesuatu yang sangat penting. Aku seringkali terlena dengan kesibukan pekerjaan profesi yang aku jalani sekarang, Hingga akhirnya jika kesibukan serta kelelahan datang menggorogoti, muncullah rasa malas dan merasa tidak punya inspirasi lagi untuk menulis.

Bagiku rasa malas dan bosanku adalah kendala utamaku dalam menulis.  Maka, segala kendala menulis aku pelajari cara mengatasinya, agar kiranya jika rasa malas dan rasa bosan datang, bisa aku atasi dengan baik. Aku juga berusaha mencari tahu apa saja teknik menulis, tips dan trik untuk memasarkan buku hasil karyaku, serta cara agar tulisan  menarik untuk dibaca banyak orang dengan cara mengikuti seminar-seminar kepenulisan. Selain itu, sebisa mungkin aku meminta serta menerima kritik dan saran bagi pembaca yang telah membaca hasil tulisanku. Segala saran aku perhatikan dan aku pelajari letak kekeliruannya.

“Jika merasa tidak  mahir, jangan cepat menyerah. Terus saja berusaha dan jangan lupa berdoa. Tapi, kamu jangan ragu untuk melakukan hal baik yang lain, yang kamu sukai.”


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tidak mudah

Bercerita

Kisah Menjadi Karya