Pertolongan Allah


Kita tahu bahwa dunia ini bukan tempat buat main-main saja, tapi juga bertahan hidup. Seiring bertambahnya waktu yang kita habiskan di dunia ini, akan tiba waktunya kita sadar bahwa ternyata dunia ini keras dan begitu kejam. Akan ada banyak perkiraan kita, ekspektasi kita, harapan kita, yang tidak akan sesuai dengan apa yang kita mau. Perasaan sedih, bahagia, kecewa, atau rasa yang biasa saja, akan makin bertambah levelnya seiring waktu. Entah lebih bahagia, lebih kecewa, atau lebih hambar lagi dari sebelum-sebelumnya.

Tidak jarang terdengar kabar buruk diluar sana tentang seseorang yang mengakhiri hidupnya karena tidak sanggup lagi menjalani hidup. Merasa tidak ada lagi jalan keluar yang bisa ia pilih untuk keluar dari masalah hidup yang ditanggungnya. Bagi seseorang yang tidak mengerti apa masalahnya, seberapa berat rasa sakitnya, seberapa lama ia bertahan sebelumnya, tentu hanya akan menyalahkan keputusan akhirnya. Bisa saja mereka menuduh bahwa iman orang itu tidak kuat, ia tidak memikirkan masa depan, tidak peduli orang tuanya, keluarganya, dan semua orang yang sayang padanya. Yah, bukan hal baru lagi dan itu bukan hal yang mengherankan lagi. Orang lain memang hanya mampu menilai apa yang mereka lihat. Tapi, kita tidak berhak menilai hal itu juga salah. Bukan berarti keputusan untuk mengakhiri hidup itu paling benar atau salah. Sebab yang tahu keadaan sebenarnya, yang tahu perasaannya hanya orang itu sendiri.

Sebenarnya kalau untuk masalah dunia, menurutku jalannya cuma satu, yaitu minta bantuan ke Allah. Hanya saja banyak dari hamba-Nya yang seringkali lupa, karena kurangnya iman dan takwa, kurangnya ilmu, kurangnya rasa percaya kepada Allah membuatnya merasa sulit untuk menghadapi cobaan yang Allah berikan.

Banyak yang tahu bahwa Allah tidak akan memberikan ujian melebihi kemampuan hamba-Nya. Banyak yang tahu, tapi hanya sekadar tahu. Tidak memahami betul apa maksudnya. Tidak paham apa maknanya. Akupun dulunya seperti itu. Tapi kini telah tersadarkan, berkat banyaknya masalah yang telah aku lalui. Aku sadar bahwa ujian yang Allah berikan, tujuannya untuk menaikkan derajatku, menguji keimanan daan kepatuhanku terhadap larangan-Nya.

Kejadian di masa lalu yang menurutku adalah cobaan yang paling berat adalah saat aku masih berstatus Mahasiswa. Begitu banyaknya cobaan hidup selama jauh dari orang tua. Apalagi setelah memasuki jenjang semester akhir. Cobaan demi cobaan datang menghampiri. Mulai dari lingkungan pertemanan yang makin terlihat keegoisannya, lingkungan kampus yang begitu kejam, bahkan lingkungan keluarga yang kurang peduli tentang pertanyaan yang bisa melukai perasaan. Pada masa itu aku merasa benar-benar muak, kesal, marah, kecewa, sedih, dan hampir putus asa untuk menyelesaikan kuliah. Semua rasa yang tidak baik, seperti bercampur menjadi satu kesatuan. Penelitian yang gagal berkali-kali, penolakan dari dosen pembimbing hampir setiap hari, pertanyaan menohok dari keluarga setiap pertemuan makin menambah keluh kesahku. Dulunya tujuan pulang kerumah adalah untuk melepas rindu sekaligus healing, tapi masa itu yang aku dapatkan malah pusing tujuh keliling.

Kegagalan yang aku rasakan dulu seperti titik terendah dalam hidupku. Hampir setiap hari aku hidup seperti tidak punya tujuan, bangun kesiangan, begadang tidak bermanfaat, nongkrong sana sini, tidak punya target yang ingin diselesaikan, setiap hari hanya berpikir bahwa aku gagal dan merasa bingung harus mengambil langkah apa selanjutnya. Semuanya karena kegagalan yang begitu membuatku sakit hati dan kecewa, sampai-sampai aku takut berbicara sejujurnya pada orang tuaku.

Aku sangat bersyukur karena Allah masih memberikan aku hidayah untuk berubah. Memberikan aku rasa percaya diri kembali, semangat lagi untuk mendekatkan diri padanya. Hingga akhirnya aku benar-benar sadar bahwa hanya karena kehendak Allah yang bisa menolongku. Aku berdoa kepada Allah untuk rida atas apa yang aku perjuangkan, tentang kuliahku, tentang penelitianku yang sebelumnya gagal, tentang skripsiku, tentang masa depanku. Aku memohon diberikan kekuatan agar mampu menghadapi cobaan yang ada, hingga akhirnya bisa menyelesaikan kuliah,  meskipun sedikit terlambat. 

Sejak saat itu, aku benar-benar merasakan pertolongan Allah. Seiring berlalunya waktu yang aku habiskan untuk senantiasa dekat dengannya. Satu demi satu masalah yang aku hadapi seakan diberikan jalan dan dimudahkan oleh Allah.

Setelah lepas dari masalah itu, aku merasa lega bisa bebas dari beban hidup. Aku kira beban yang aku tanggung cukup sampai disitu. Tapi ternyata cobaan hidup tidak ada berhentinya. Setelah lulus kuliah, Allah berikan ujian lagi untuk merasakan susahnya mencari kerja, beban pikiran yang setiap harinya khawatir akan masa depan. Pertanyaan dari keluarga pun makin menjadi-jadi.

Makin dewasa aku berusaha untuk terus berprasangka baik pada-Nya. Apa yang telah aku lalui, cukup menjadi alasanku untuk hidup lebih tenang dan percaya akan skenario terbaik yang Allah persiapkan untukku. Aku percaya bahwa cukup aku menjalankan hidupku dengan baik, selalu melibatkan Allah dalam setiap urusanku, dan setiap usahaku yang gagal dan berhasil nantinya, semua karena kehendak dan pertolongan-Nya.

Sampai sekarang aku terus berusaha untuk menjalani hidup dengan baik, bermanfaat untuk banyak orang, berusaha untuk tidak menyakiti siapa pun, dan senantiasa berprasangka baik atas apa yang Allah takdirkan untukku.

Jika kelak Allah berikan cobaan yang lebih berat, maka aku hanya perlu meningkatkan kepercayaan dalam diri bahwa pertolongan Allah itu dekat. Allah berikan ujian ini karena Allah tahu aku mampu.

 


 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tidak mudah

Bercerita

Kisah Menjadi Karya