Serahkan sama Allah
Berita yang mengegerkan akhir-akhir ini masih jadi topik hangat, menjadi perhatian yang benar-benar patut untuk diwaspadai. Orang yang sampai sekarang masih meremehkan berita, tidak mempedulikan anjuran pemerintah akan sosial distance, ogah-ogahan sama situasi sekarang yang lagi marak-maraknya wabah virus covid-19. Tolong deh jangan kayak orang ngak punya hati, kesana-kemari tanpa ada urusan yang penting. Jangan sampai kalian jadi beban, beban untuk para tenaga medis.
Ingat kan? Semua orang punya peluang yang sama dalam penyebaran virus itu, entah siapa dan dimana pun mereka berada. Entah diri pribadi, benda-benda disekitar kita, bahkan peluangnya bisa datang dari orang terdekat kita. Jangan sampai musibah itu ditujukan untuk dirimu atau orang yang kamu sayangi, baru sadar dan menyesal sama sikap sendiri.
Lama-lama ada yang sampai jengkel sama virusnya. Ada yang anggapannya seperti ini. Gara-gara virus ini walimahanku di tunda dan akhirnya menanggung kerugian yang tidak sedikit, gara-gara virus ini pendapatan dan orderan makin berkurang, gara-gara virus ini rencana wisudaku ditunda, atau ada yang masih dalam proses bimbingan skripsi akhirnya terhambat gara-gara dosbingnya tidak tahu maunya apa. Tidak menerima bimbingan online, jika di-chat pesannya hanya dibaca, dibalas pun tidak. Meskipun hal itu biasa buat mahasiswa ‘akhir’ tapi tetap saja yang disalahkan adalah virus corona.
Belum lagi siswa dan siswi yang memberlakukan sekolah/kuliah online jadi stress menghadapi tugas yang tidak sedikit dalam waktu yang hampir bersamaan dan harus selesai dalam waktu tenggang yang ditentukan, yang sudah punya planning liburan, keluar kota, keluar negeri akhirnya batal, padahal sudah terlanjur pesan tiket, direncanakan sekian lama, sudah mengumpulan dana dan persiapan-persiapan yang lain. Huh… tarik nafas dalam-dalam. Lalu hembuskan perlahan dan coba ukir senyum dibibirmu.
Tidak sedikit yang merasa kecewa karena batalnya atau ditundanya segala kegiatan yang sudah direncanakan jauh hari sebelumnya. Bukan hanya kecewa sih, tapi juga banyak yang dibuat bimbang sebab kita tidak tahu situasi ini akan sampai kapan, kapan membaiknya jika informasi berita saja menyampaikan bahwa korban makin bertambah. Aku sadar karena kekhawatiran itu juga aku rasakan. Jauh dari keluarga dan sekarang ini berada di daerah yang terkena wabah virus itu.
Ada pesan dari orang tua, pulang saja kalau memang kampusnya diliburkan. Tetapi pesan yang menyiratkan menyuruh itu tidak serta-merta diiyakan sebab banyak pertimbangan, bukan karena tidak rindu rumah. Dari hati kecilku ingin sekali rasanya untuk segera pulang, tapi rasa sayangku pada keluarga lebih besar. Anjuran pemerintah dan petuah-petuah lain dari informasi yang valid aku pikirkan baik-baik. Hal yang menjadi kekhawatirkan adalah takut membawa kemudharatan lebih besar jika aku pulang.
Soal merindu, sudahlah. Rindu akan sirna seiring waktu seperti biasanya. Cukup saling mendoakan dari kejauhan.
Keyakinan bahwa semua ini Allah yang mengatur semuanya. Allah tidak akan pernah membuat skenario buruk dan membuat hamba-Nya menderita kok. Anggap saja Allah memberi kesempatan untuk kita makin dekat pada-Nya, Allah memberikan jeda buat kita lebih memaknai hidup dengan ujian yang sekarang. Kita hanya perlu berusaha dengan menjaga diri, saling mendoakan, lalu serahkan semua sama Allah.
Doakan juga untuk saudara-saudara kita yang terpaksa harus keluar rumah karena tuntutan kehidupan, harus bekerja untuk mencari nafkah untuk keluarga. Untuk para tenaga-tenaga medis atau siapapun itu yang berada di lingkungan Rumah Sakit yang rentang terkena dan kontak langsung dengan virus tersebut.
Terus berdoa, semoga bumi kita lekas membaik. Aamiin.
Komentar
Posting Komentar