Abaikan semuanya, ambil jeda dulu.
Pernah nggak sih, kalian di dekati oleh beberapa orang dalam rentang waktu yang sangat-sangat dekat. Apalagi tujuan mereka pun sama.
Sebenarnya ini bukan sesuatu yang perlu aku pikirkan sebegitunya. Tapi, kalau umur segini yang memang udah rawan-rawanya masuk daftar perjodohan keluarga. Jadi, mau tidak mau yah aku jadi ikut kepikiran. Padahal menurutku, tidak perlu buru-buru untuk segera menikah sih. Kalau memang merasa diri belum siap, yah mau gimana lagi. Kalau belum menemukan yang cocok yah masa harus dipaksa buat cocok.
Sampai pada masanya, aku merasa capek sendiri memikirkan siapa yang terbaik. Memikirkan tentang masa depan, bagaimana cara mereka dalam mengambill keputusan dan kesimpulan, bagaimana cara mereka untuk menyelesaikan masalah nantinya, bagaimana cara mereka dalam membimbing suatu keluarga kecil yang merupakan hal yang sangat baru dalam hidupnya. Yah, banyak hal yang membuat aku bertanya-tanya sekaligus takut tentang masa depan.
Seiring berjalannya waktu, aku pun tak kunjung menemukan jawabannya. Aku bingung, hati ini lebih condong ke siapa. Hatiku ini maunya siapa. Semua rasanya sama, belum ada yang membuatku tertarik.
Capek sih sama diri sendiri yang tidak tahu maunya apa. Sampai dimana aku merasa butuh waktu untuk merenungi, memberi jeda pada diriku sendiri untuk memahami apa yang aku permasalahkan, apa yang menjadikan diri ini begitu sulit untuk mengambil keputusan. Kurang lebih satu bulan lamanya, aku memberi jeda diriku dengan mereka. Tidak merespon apapun dari mereka, dan benar-benar menghindar untuk sementara waktu.
Setelah waktu jeda itu aku akhirnya paham. Aku menemukan jawaban bahwa, memang diri ini belum siap, aku memang belum selesai dengan diriku sendiri. Masih banyak hal yang perlu aku benahi dalam diriku, sebelum mengambil suatu keputusan besar dalam hidup. Aku bukan tidak menemukan siapa orangnya, hanya saja aku belum percaya sepenuhnya. Aku belum melihat kesungguhan pada mereka dalam meyakinkan untuk hidup bersama. Aku bukannya takut untuk menikah, tapi memang belum menemukan kecocokan dalam pilihan yang ada.
Aku selalu yakin bahwa, bukan tipeku yang terlalu tinggi atau banyak maunya. Tapi kalau hati yang menolak dan berkata tidak, aku tidak bisa beradu dengan kata hati. Karena kalau merasa tidak sefrekuensi, malah akan menghabiskan banyak tenaga. Terasa buang-buang waktu hanya untuk saling menerima dan mengerti satu sama lain.
Jadi intinya, kalau belum menemukan yang cocok, tidak usah dipaksakan untuk jadi cocok. Jangan sampai kedepannya cuma makan hati.
Komentar
Posting Komentar