Berusaha lebih produktif
Apakah ada orang di
dunia ini yang ingin hidup sengsara, menderita, dan tidak ingin hidup dengan
tentram?, aku pikir tidak ada orang yang impiannya seperti itu. Jika saja aku
diberikan kesempatan untuk memilih seperti apa hidup yang aku impikan, jelas
aku akan memilih hidup yang terus bahagia bersama keluarga dan orang-orang
terkasih. Yah, hidup bahagia adalah impian semua orang. Pasti kamu juga mau
hidup bahagian kan?
Tidak ada yang salah
tentang impian hidup bahagia. Hanya saja kalau untuk bahagia terus menerus, aku
rasa kurang masuk akal saja, karena sejatinya dunia yang sedang kita jajaki
sekarang ini adalah tempatnya ujian. Tempatnya kita semua untuk diberikan
masalah hidup, tempat untuk menguji keimanan seseorang agar bisa jadi lebih
bijak dalam berpikir dan mengambil keputusan. Layaknya orang dewasa yang telah
melewati begitu banyak ujian hidup. Makin dewasanya seseorang itu, bukan
berarti semua orang dewasa bisa melewati masalah yang ada dengan mulus dan
lancar. Pasti ada saja yang tidak sesuai harapan dan hasilnya mengecewakan.
Tapi, tentu ada pula yang melewatinya dengan baik berkat doa dan
pertolongan-Nya. Bisa jadi karena bekal kesabaran yang ia miliki, bekal ilmu
yang ia pelajari, dan bekal keimanan sebagai pegangannya.
Kembali lagi membahas
tentang ujian hidup, pasti akan ada hasil setelahnya. Entah rasa bahagia
ataukah kecewa. Lepas dari apapun hasil akhirnya, aku yakin itulah skenario
terbaik yang telah ditetapkan. Kadang kala tanpa kita sadari, sebenarnya ada
beberapa masalah yang datang menghampiri karena ulah diri sendiri. Misalnya, karena
terlalu berharap dan terlalu percaya kepada orang lain. Kejadian seperti ini
seringkali aku rasakan dan akhirnya masalah tersebut dapat menjadi sebuah
pelajaran hidup agar tidak terulang lagi. Kejadian itu dapat memberikan
pelajaran hidup bahwa, semua orang akan ada waktunya untuk merasa sedih, semua
juga akan ada gilirannya untuk merasa bahagia. Tidak ada sedih yang akan terus
menetap ditempat, begitu pun sebaliknya. Sebab semua orang punya perasaan,
hanya saja tingkat kepekaan yang berbeda.
Tidak jarang ujian
hidup akan memberikan kesan yang sangat mendalam, entah sakit hati atau mungkin
sampai meninggalkan trauma. Apapun hasilnya, entah sakit hati, kecewa, trauma,
dan lain-lain. Jelas bukan hal yang mudah untuk dilupakan begitu saja. Apalagi
yang namanya trauma, itu sudah menyangkut psikis seseorang. Mulai dari
perilaku, perasaan seseorang, pola pikir, reaksi, interaksi kepada satu sama
lain akan sangat mengganggu dan itu tidak gampang untuk sembuh.
Aku bersyukur karena
rasa sakit yang pernah aku alami dulu tidak sampai separah itu. Aku bersyukur
bisa kembali bahagia meski butuh waktu yang tidak sebentar, meski sungguh
menguras pikiran dan juga berat badan.
Kala itu, cobaan yang
sungguh berat aku rasakan saat duduk di bangku kuliah. Bukan hanya soal kuliah
saja yang memberatkan pikiran kala itu, tapi juga bertepatan dengan masalah
keuangan keluarga, masalah dengan teman kelompok yang tidak punya pengertian, masalah
dengan Ibu kos, masalah dengan teman dekat yang sungguh membuat tekanan batin.
Semua masalah dari lingkungan yang berbeda itu, datang bersamaan dan rasanya
hampir tiap hari. Datang disaat aku sebenarnya butuh dukungan, ingin fokus
menyelesaikan kuliah dan penelitian akhirku.
Dari hari ke hari,
rasanya aku muak dengan masalah yang ada. Tidak ada kebaikan yang aku dapatkan
dengan hidup seperti itu terus.
Sampai ada suatu
momen yang aku rasakan, seperti diberi hidayah yang akhirnya membuatku sadar. Singkat
cerita, aku memutuskan berusaha bangkit, berusaha untuk berpikir positif meski
rasanya isi kepala penuh dengan masalah. Berusaha untuk lebih produktif dari
biasanya, yang dulunya hanya fokus pada kuliah, mencoba untuk aktif kegiatan
sosial kemanusiaan diluar kampus. Lebih banyak belajar memanfaatkan waktu luang
untuk menghadiri majelis ilmu dan berusaha untuk lebih rajin menjalankan ibadah
sunnah. Selang beberapa minggu aku jalani, aku merasa beban pikiranku lebih
ringan, tidak seperti sebelumnya. Aktifitas sehari-hari lebih berbobot, tidak
hanya rebahan sambil merenungi nasib. Tidak lagi imsomnia karena terlalu banyak
rencana hidup yang akhirnya hanya jadi wacana.
Aku sadar, ternyata cara hidup lebih produktif
demi untuk dekat dengan Sang Pencipta dan sibuk untuk kebaikan banyak orang,
membuatku merasa bahagia dan lebih bermanfaat untuk orang sekitar. Hingga
sekarang, meski aku telah lulus kuliah dan tidak lagi di kota yang sama,
kegiatan sosial kemanusiaan yang aku jalani dulu masih aku jalankan hingga
sekarang. Makin kesini aku makin sadar dan percaya bahwa caraku bahagia hanya
butuh lebih produktif dijalan kebaikan, tidak lupa untuk memohon kepada Allah
untuk menjaga niat baikku.
Komentar
Posting Komentar