Dunia Penuh Kejutan
Manusia
sebagai makhluk yang punya hasrat, memiliki kecenderungan sifat selalu ingin
memiliki. Memiliki sesuatu yang diinginkan, sesuatu yang membuat diri merasa
senang, merasa puas, dan juga merasa bangga atas apa yang ia miliki.
Sifat
kecenderungan tersebut, seringkali membawa seseorang kepada perkara yang
merugikan, juga memalukan. Seringkali lupa bahwa apa yang Allah berikan di
dunia ini, semua hanyalah sebuah titipan dan amanah. Titipan sebagai senjata,
sebagai acuan, sebagai bekal untuk kelak kita menuju kepadaNya. Amanah yang
tujuan sebenarnya untuk kita kembangkan, dididik, diberi ilmu, dijaga, dan
dirawat. Tapi, karena hasrat yang begitu bergelora, akhirnya membawa pada
kebatilan. Sebab tidak mampunya kita untuk mengelola hasrat kita dengan baik,
semua titipan dan amanah yang diberikan oleh Allah, berubah menjadi sebuah
ujian kehidupan.
Manusia
juga memiliki kecenderungan kepada ketakwaan, tapi disaat yang bersamaan pula
batin pun harus berperang melawan hawa nafsu. Banyak orang yang kita lihat
begitu rutin ibadahnya, indah dan santun perangainya, lembut dan baik
perkataanya. Tapi ia akhirnya luluh dan bertekuk lutut pada beberapa hal
duniawi. Entah karena godaan harta, tingginya tahta, bahkan ia merasa paling
sempurna karena rupa yang ia punya.
Banyak kisah diluar sana yang menggambarkan tentang
runtuhnya pondasi keimanan dan ketakwaan seseorang karena nikmat yang Allah
perlihatkan di depan mata. Kenyataanya, yang awalnya sebuah nikmat dari Allah, berubah
menjadi ujian hidup karena ia gagal untuk mengendalikan hawa nafsunya. Ia gagal
dalam menahan diri atas apa yang Allah benci.
Ada
satu kisah yang menurutku ini bisa menjadi contoh kasus tentang nikmat dunia,
yang mencakup harta, tahta, rupa, bahkan wanita.
Beberapa
waktu lalu, aku membaca sebuah berita tentang seseorang yang hilang entah
kemana. Beliau adalah salah satu orang yang punya jabatan, cukup disegani
banyak orang di daerahnya. Beliau hilang sudah 20 hari. Hari terakhir sebelum
ia menghilang, ia berpamitan ke istrinya untuk membawa bantuan sedekah dengan
nomilal uang puluhan juta rupiah, yang kiranya akan dibagikan ke beberapa
target yang telah ditentukan.
Setelah
beberapa waktu kemudian, beredar kabar bahwa
beliau menghilang di tengah perjalanan. Ada seorang warga yang menemukan
motor beliau dalam keadaan menyala, di pinggir jalan, di tepi jurang. Ditemukan
pula jaket dan barang-barangnya, kecuali uang yang ia bawa. Banyak dugaan yang
muncul dari para warga. Ada yang bilang kemungkinan beliau di begal, ada juga
yang bilang kalau beliau disembunyian oleh makhluk tak kasat mata, beliau dicuri
orang yang mengincar uang yang ia bawa, bahkan parahnya ada yang mengira beliau
dibunuh dan dibuang di hutan belantara.
Kasus
hilangnya beliau itu, bahkan sampai viral di dunia maya. Banyak sekali orang
yang mengungkit semua sifat baik beliau selama ini, serta mendoakan beliau agar
ia segera ditemukan dalam keadaan sehat, tanpa kekurangan sesuatu apapun.
Hari
ke-21, ada kabar mengejutkan tentang beliau. Beliau ditemukan di salah satu penginapan, dan
lebih mengejutkan lagi, beliau ditemukan sekamar dengan seorang perempuan.
Selain itu, ada juga satu unit mobil yang ditemukan oleh pihak berwajib di
tempat penginapan tersebut. Diduga bahwa mobil tersebut adalah mobil yang
digunakan selama beliau menghilang.
Kasus
diatas memberikan pelajaran bahwa apa yang dinampakkan oleh seseorang, kadang
hanyalah sebuah topeng untuk menutupi hal yang tidak ingin kita lihat, tidak
ingin kita ketahui kebenarannya. Penilaian banyak orang tidak menutup
kemungkinan bahwa seperti itulah fakta dan kebenarannya.
Beliau
yang dulunya sangat dipercaya oleh orang banyak, akhirnya luluh dan
terperangkap pada nikmat dunia yang ada didepan matanya. Beliau yang dulunya
disegani oleh banyak tokoh masyarakat, kini dinilai sangat buruk kinerjanya.
Bahkan sampai dilabeli seorang penipu kelas atas. Rupa dan kewibawaan yang ada
pada dirinya, akhirnya luntur karena hasrat, hawa nafsu, dan godaan akan
perempuan.
Kabar
ditemukannya beliau, mengagetkan banyak orang. Masyarakat sekitar yang ada
didaerahnya, terlebih lagi sanak keluarganya. Banyak sekali orang yang tidak
menyangka bahwa beliau melakukan tindakan tercela tersebut. Beliau yang konon
dikenal sangat berwibawa, tidak banyak bicara, ia hanya fokus pada pekerjaan.
Akivitas kesehariannya hanya sekadar berada di kantor, pulang ke rumah, ke Masjid,
dan olahraga. Jarang sekali menghabiskan waktu selain dari kegiatan tersebut.
Entah
apa alasan beliau melakukan itu, sampai-sampai berani mengambil keputusan yang
sangat amat berisiko. Bukan hanya berisiko untuk dirinya pribadi, tapi juga
menyangkut nama baik keluarganya. Beliau rela menggadai banyak nikmat yang
telah Allah berikan kepadanya, demi nikmat sesaat dan sekilas ia rasakan.
Ia
rela menodai gelar yang amat sangat dihormati banyak orang. Gelar yang ia
dapatkan dengan susah payah. Gelar yang telah ia jaga nama baiknya
bertahun-tahun.
Seberat
apapun masalahnya, sehancur apapun jalan hidupnya. Pilihannya untuk menghilang
dengan cara misterius seperti itu, tetaplah salah. Seolah-olah menciptakan
drama penculikan dan pembegalan yang membuat orang lain menerka-nerka. Membuat
banyak orang merasa khawatir, terlebih rasa sedih dan penasaran yang dirasakan oleh istri dan anak-anaknya
yang senantiasa menunggunya pulang dan mendoakan keselamatannya.
Dari
kisah singkat diatas, kita bisa belajar bahwa setinggi apapun jabatan
seseorang, sebanyak apapun harta, sebanyak apapun orang yang menilainya baik,
dan seindah apapun rupa dan tampilan yang Allah titipkan, tidak ada jaminan
hidup seseorang akan bahagia dan mendapatkan jalan hidup yang mulus-mulus saja.
Dunia ini penuh kejutan, apalagi ujian.
Keinginan kita seringkali tidak sejalan dengan apa yang terjadi. Niat kita bisa
saja berubah karena Allah Maha Membola-balikkan hati. Harapan kita bahkan bisa
patah berkali-kali.
Jadi, jangan pernah percaya sepenuhnya atas apa yang kita atur dengan baik dan hati-hati. Karena pada akhirnya Allah-lah yang akan menetapkan apa yang terjadi.
Komentar
Posting Komentar