Belajar Banyak Hal
Masa kuliah bagiku adalah salah
satu masa yang banyak memberikan pengaruh baik dalam hidupku sekarang ini. Pada
masa itu banyak sekali pengalaman dan pelajaran hidup yang aku dapat. Banyaknya
momentum kegagalan, kesalahan, dan kekecewaan yang begitu menguras emosi dan
air mata. Kala itu adalah momentum sejatuh-jatuhnya yang aku rasakan dalam
hidup.
Jika
mengenang kembali masa kuliah itu rasanya aku ingin bersyukur berkali-kali. Aku
merasa telah melawati masa yang begitu berat aku jalani, masa yang begitu
menguras seluruh semangat hidupku. Yah masa itu adalah masa yang tidak pernah
aku lupakan. Situasi dimana kekhawatiranku terhadap masa depanku sungguh
menggunung, sebab banyaknya ujian yang harus aku selesaikan dan mau tidak mau
harus aku hadapi.
Banyak
kisah yang telah aku alami selama duduk dibangku perkuliahan. Bertemu dengan
banyak orang baru, dan suasana yang baru. Beradaptasi dengan sistem
pembelajaran yang jauh berbeda dengan sekolah sebelumnya dan tentu tingkat
kesulitan yang juga jauh berbeda. Seiring waktu, aku belajar sebisa mungkin mengatur
waktu agar tidak terlambat untuk masuk kuliah karena kesibukan laporan,
asistensi dan juga kegiatan di laboratorium.
Jurusanku adalah
jurusan farmasi. Jurusan ini dijuluki pemegang kunci kampus, karena mahasiswa
farmasi adalah mahasiswa yang seringkali datang lebih awal dan pulang paling
akhir. Aku mengakui bahwa itu benar adanya karena memang itu faktanya. Fakultas
farmasi adalah fakultas yang paling aktif, paling ribut, dan paling ribet tidak
kenal pagi, siang, sore, bahkan sampai malam. Mahasiswa yang gampang dikenali
hanya dengan melihat mereka menulis laporan dimana saja dan kapan saja ia bisa
menulis. Mahasiswa yang sering kali berkumpul dan lari-larian di koridor
membawa kertas dan laporan untuk mengejar asisten laboratorium, lengkap dengan
jas lab putih yang panjangnya selutut. Momentum menulis laporan setiap hari
termasuk hari libur itu seperti dipaksa untuk kejar-kejaran dengan waktu untuk
menyelesaikan tugas. Entah tugas kuliah dulu ataukah tugas laboratorium dulu.
Rasanya waktu 24 jam dalam sehari tidak cukup bagiku.
Kala
itu aku sangat senang jika dalam sehari aku tidak harus menyelesaikan ataupun
menulis laporan. Aku bisa memanfaatkan waktu tersebut untuk menikmati tidur
sepuasnya. Sebab hari-hari sebelumnya kurang tidur. Mulai pagi hingga sore
sibuk beraktivitas dikampus, sesampaiku dirumah menulis laporan lagi hingga
larut, bahkan seringkali memaksa diri untuk menulis laporan hingga subuh. Tidurku
hanya 2-3 jam saja. Saat pagi datang aku kembali lagi mengumpulkan tenaga untuk
beraktivitas di kampus. Kurang lebih kegiatan yang sama terus menerus aku
lakukan hingga akhir semester 8.
Jurusan
farmasi tidak hanya dikenal karena kesibukannya, tetapi juga terkenal dengan
rumitnya penelitian dan tugas akhirnya. Lagi-lagi aku mengakui itu dan sangat
merasakan penderitaan itu. Begitu banyak waktu dan dana yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tugas akhirku kala itu. Seiring berjalannya waktu aku
mengerjakannya semampuku dan sebisaku. Tiba pada waktu konsultasi dengan dosen
pembimbingku, hasilnya ditolak. Aku disuruh untuk mengulanginya lagi dan
mencari alat yang lebih baik. Bahkan aku disarankan untuk membeli alat tersebut.
Sedangkan alat yang digunakan tersebut tidaklah tergolong murah.
Mendapatkan kegagalan
itu aku benar-benar merasa frustasi untuk menyelesaikan kuliahku saat itu. Ada
rasa takut yang amat sangat aku rasakan. Aku takut untuk memberitahukan orang
tuaku tentang kabar penolakan tersebut. Aku tidak tahu harus mengawali
pembicaraan seperti apa dan dengan kata apa. Aku merasa telah merepotkan orang
tuaku dengan cara terus meminta uang yang tidak sedikit. Sedangkan keluarga
kami pun bukan tergolong keluarga yang mampu secara finansial. Momentum itu
benar-benar membuat aku kehilangan semangat dan arah tentang masa depan. Belum
lagi pembimbing yang sangat susah ditemui. Keberadaanya
selalu ada, tapi selalu ada juga kesibukannya.
Masa itu rasanya
seperti dipaksa bertahan hidup dengan caraku sendiri. Tidak ada tempat
bergantung dengan orang lain. Aku seperti ditegaskan untuk menyelesaikan
masalahku dan berjuang dengan caraku sendiri.
Seiring berjalannya
waktu aku berusaha untuk mengambil pelajaran dan sisi positifnya. Aku akhirnya
memberanikan diri untuk memberitahukan kepada orang tuaku tentang gagalnya
penelitianku. Aku sangat bersyukur orang tuaku bisa mengerti dengan suasana
hatiku yang tidak baik-baik saja. Meskipun dana yang aku butuhkan tidak serta
merta langsung disediakan, akupun paham kondisi keuangan dirumahku. Aku sangat
paham dan tidak merasa terganggu dengan itu. Aku sudah terbiasa puasa untuk
menghemat uang jajan, sekaligus melatih diriku untuk menjalankan puasa senin
dan kamis.
Aku bersyukur karena
kebiasaan itu masih aku jalani hingga sekarang. Bedanya, sekarang ini puasa
tidak lagi menjadi alasan untuk menghemat uang jajan, tapi semata-mata ingin
beribadah kepada-Nya dan menjadikan puasa sebagai wadah latihan menahan diri
dari amarah dan hal tidak baik lainnya.
Bagiku, masa kuliah
adalah fase dimana aku beranjak dewasa. Momentum yang banyak sekali memberi
kesan, juga pelajaran hidup. Momentum dimana aku mengalami banyak kejadian.
Mulai dari bertemu berbagai macam watak manusia, berlanjut pada saat diri
merasakan suasana yang tidak pernah dirasakan sebelumnya. Makin mendewasanya
diri seiring mendapatkan banyak perlakuan berbeda dan tergolong baru dari orang
disekitarku.
Di masa kuliah juga
banyak mengajarkan tentang hubungan dengan orang lain. Saling membantu saat itu
memang baik, tapi jika disuruh mengingatnya kembali, akan tetap ada hal yang
membuat hati tidak merasa senang. Tentu
ada perlakuan yang kurang baik yang diterima selama menjalin hubungan dengan
seseorang, baik itu hanya sebatas kenalan, teman, sahabat, bahkan keluarga
sekalipun. Tentu hal tidak mengenakkan itu membuat hati kecewa, sedih, marah,
bahkan menangis. Tapi kembali lagi, sebisa mungkin aku berusaha untuk mengerti
setiap kondisi dan sebisa mungkin untuk melihat sisi positif dari kejadian
tersebut. Setelah lulus kuliah aku sadar bahwa semasa kuliahku dulu, aku telah
belajar banyak hal yang membuat sikapku berubah secara emosional.
“Tetaplah
baik meskipun tidak diperlakukan baik. Janganlah terburu-buru untuk marah dan
merasa kecewa dengan apa yang kamu hadapi. Cobalah untuk melihat hal
positifnya.”
Komentar
Posting Komentar