Belajar Lagi


Semakin dewasanya diri seseorang, tentu akan semakin banyak pula hal yang ia pikirkan. Semakin banyak hal yang ingin dicapai dan ingin diselesaikan. Banyak target dan mimpi yang berusaha ia wujudkan.

Makin hari, akan semakin banyak pula pertanyaan yang muncul. Makin banyak keresahan yang hanya bisa dirasakan seorang diri. Pertanyaan terkait masa depan tentu menjadi posisi paling atas, dan bukan hal baru lagi jika mendengar bahwa masa depan seringkali menjadi kekhawatiran tersendiri.

Tidak dapat kita pungkiri bahwa menjadi orang dewasa memang sudah waktunya untuk resah. Resah sama banyak hal yang mungkin bisa saja kita kendalikan, tapi tidak dapat kita pastikan keberhasilan atau kepastiannya. Terlebih lagi resah dengan hal-hal yang memang diluar kendali diri. Meski kita sudah mengusahakan agar tidak terjadi. Meski kita telah mengorbankan sesuatu yang berharga dalam hidup kita. Tapi tetap saja, hanya takdir dan kehendak dari Allah yang bisa menjawabnya.

            Apalagi jika seseorang sudah menginjak kepala dua puluhan. Jelas sudah banyak kisah yang menjadikan diri semakin resah. Setelah kita tahu banyak hal yang harus menjadi tanggung jawab, maka beban yang akan ditanggung pula tentu akan semakin bertambah. Topik tentang sesuatu yang berkaitan dengan hidup dan kehidupan, tentu bukan hanya satu atau dua topik saja. Ada banyak sekali topik dalam hidup ini, bahkan bisa bercabang-cabang masalahnya.

            Berbicara tentang keresahan dalam hidup, tentu akan sangat erat kaitannya dengan masalah hidup. Yah, lagi-lagi masalah tidak akan pernah ada habisnya, akan selalu hadir mewarnai hidup seseorang, akan selalu hadir menjelma menjadi pilihan yang rumit, memusingkan, dan menguji kesabaran.

Masalah hidup memang banyak sekali membawa pengaruh di kehidupan setiap orang. Entah masalah yang membawa dampak buruk atau mungkin saja masalah yang membuatnya menjadi lebih baik. Bisa saja masalah yang mampu membersamainya menjadi pribadi yang bijaksana, atau bisa jadi masalah yang membuatnya makin tidak terarah.

Terkait keresahan, tentu juga membahas soal perasaan yang dirasakan seseorang. Jikalau aku pribadi membahas tentang keresahan, dan ditanya tentang kehidupan pribadi yang tengah kurasakan saat ini, jelas bukan perasaan tenang jawabannya.  Aku punya banyak sekali keresahan akan hidup, terkhusus tentang masa depan. Usia yang juga sudah kepala dua, aku rasa memang siklusnya untuk tahu perasaan resah, juga khawatir. Entah itu resah karena perasaan bingung, takut, banyak pikiran, atau berusaha untuk menyembunyikan segala masalah yang sedang aku hadapi, kemudian menampakkan raut wajah dan suasana jiwa yang tenang-tenang saja.

Bingung akan seperti apa jalan hidup yang akan aku pilih. Takut jika pilihan yang aku putuskan akan membuat hidup akan lebih baik atau mungkin sebaliknya. Pikiran dipenuhi rasa was-was akan masa depan yang masih misterius dan penuh tanya.

Setiap hari, rasanya aku hanya bisa berusaha untuk terlihat waras dan tenang. Padahal isi kepala begitu penuh dan memuakkan. Jiwa dan batin serasa tidak punya setitik ruang kosong untuk menampung keresahan hidup yang lain. Hari-hari dipenuhi perasaan bimbang untuk memilah mana urusan yang harus diselesaikan lebih dulu. Mempertimbangkan permasalahan yang mana harus diselesaikan sampai akar-akarnya, dan mana masalah yang memang harus diabaikan untuk kebaikan dan kesehatan diri.

Seandainya ruang pikiran punya sebuah pintu, aku rasa cukup untuk menutupnya sekarang. Tapi ternyata tidak, masalah hidup akan selalu hadir selagi seseorang masih hidup. Masalah hadir sebagai ujian dari Sang Kuasa. Maka yang harus aku lakukan, hanya bisa menjalani hidup sebaik dan semampuku seperti biasanya.  

Sangat bersyukur jika ada masalah atau sesuatu hal berhasil aku selesaikan, dan aku hanya bisa sabar untuk terus melanjutkan hidup untuk masalah yang tak kunjung menemukan jawaban dan jalan keluarnya.

Aku hanya bisa sabar seperti sekarang ini, karena keresahan yang aku rasakan berbulan-bulan belakangan tak kunjung diberikan jawaban, atau mungkin saja memang belum waktunya untuk terjawab. Aku hanya bisa menerka-nerka dan berusaha untuk optimis. Tapi jujur saja yang namanya manusia, aku juga kadang merasa putus asa dan sempat berpikir untuk mundur saja.

Keresahanku ini adalah soal pendidikan profesiku. Setiap melihat postingan teman-teman memakai almamater kampus baru serta jas pendidikan profesinya, aku merasa ingin juga untuk segera bisa melanjutkan pendidikan profesiku. Mereka memposting kegiatan magang dan praktek seperti pada umumnya. Jas yang mereka kenakan sebagai pertanda menjalani pendidikan profesinya membuat mereka terlihat keren, berwibawa, dan luar biasa.

Sering kali, saat mengingat-ingat keinginan untuk melanjutkan pendidikan prosefiku. Aku seolah-olah bertanya dan berdiskusi dengan diriku sendiri.

“Apakah aku tidak ditakdirkan untuk melanjutkan pendidikan seperti teman-temanku yang lain?”

“Apakah pilihanku untuk melanjutkan pendidikan ini tidak baik buatku?”

            Banyak pertanyaan serupa yang seringkali muncul di kepalaku. Keinginan ini, sudah hampir satu tahun lamanya aku pendam. Tapi baru tiga bulan terakhir ini, aku benar-benar bertekad untuk itu. Di lain sisi, sebenarnya masih ada perasaan bimbang juga dalam hatiku. Aku bimbang karena biaya pendidikan bukanlah biaya yang sedikit. Aku kadang bertanya dan dibuat pusing sendiri, aku sebaiknya lanjut atau tidak.

            Seringnya keresahan itu hadir, aku berusaha untuk terbiasa. Aku berusaha untuk berpikir positif atas apa yang Allah takdirkan untukku. Aku berusaha untuk menerima dan menjalankan skenario yang Allah buatkan untukku. Apapun hasil akhirnya, aku diberikan kesempatan untuk lanjut pendidikan atau tidak. Sudah itulah yang terbaik yang Allah berikan.

Sekarang ini, mungkin Allah belum menjawab doa-doaku karena memang bukan waktunya sekarang. Allah menyuruhku untuk menikmati waktu untuk bersabar lagi, menyuruhku untuk menambah ilmu lagi, belajar lagi dan lagi, sampai akhirnya Allah berikan jawaban akhirnya. Apapun hasil akhirnya nanti, karena aku sudah berusaha, berdoa, dan berikhtiar, aku tidak akan pernah kecewa, apalagi sampai menyesal.

Jika Allah berikan kesempatan untuk lanjut, aku sangat bersyukur. Jika tidak, aku akan tetap bersyukur, karena itu berarti, bukan itu jalanku. Ada jalan terbaik yang telah Allah siapkan.

Pasti Allah berikan yang terbaik

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tidak mudah

Bercerita

Kisah Menjadi Karya