Allah Berikan Jalan


Manusia sebagai makhluk yang bisa merasakan perasaannya sendiri, tentu akan menemukan dan merasakan berbagai macam rasa yang akan memberikan dampak untuk hidupnya, juga akan memberikan kesan dan pelajaran yang akan dijadikan pengalaman hidup kedepannya.

Semua perasaan itu akan tercipta jika Allah berikan nikmat yang lain, salah satunya yaitu masalah. Masalah akan membuat kita merasa sedih, senang, kecewa, marah, menangis, tenang, dan perasaan yang lain. Masalah yang Allah berikan akan menjadi sebuah ujian kehidupan, guna untuk menguji kadar keimanan dan ketakwaan kita kepada-Nya. Bukan hal baru lagi jika kita mendapatkan banyak masalah, banyak ujian dari Allah.

Namanya manusia, bukan makhluk yang sempurna. Tentu pernah berbuat salah, tentu pernah buat masalah. Apalagi kita berada di dunia, memang tempatnya kita untuk diuji, diberikan cobaan sesuai kemampuan kita. Harusnya kita sadar bahwa yang namanya ujian dari Allah tentu ada pelajaran dibaliknya. Di luar dari selesai atau tidaknya masalah itu, seiring waktu kita akan menyadari bahwa ternyata ada hikmah yang terjadi setelahnya. Kita hanya butuh waktu untuk memahaminya.

Bisa jadi, masalah yang Allah berikan itu sebagai tanda bahwa Allah sedang menengur kita karena telah menyimpang dan jauh dari-Nya. Allah tidak ingin kita tenggelam terlalu dalam dan terperangkap dalam lubang dosa besar yang menanti kita di depan sana.

Seiring banyaknya kisah yang telah kita lalui. Harusnya kita tahu bahwa masalah itu tentu ada jalannya sendiri untuk terselesaikan. Tapi, dilain sisi kita seringkali melihat berita tragis tentang seseorang yang mengakhiri hidupnya, karena masalah yang ia hadapi. Aku pribadi tidak punya hak untuk bilang hal tersebut salah. Tidak boleh serta merta mencap orang tersebut tidak kuat imannya. Karena tidak ada yang tahu, seberat apa masalah yang sedang ia hadapi, selama apa ia menanggung beban hidupnya, sekuat apa dan sejauh apa ia bertahan untuk bisa melanjutkan hidupnya. Tidak ada yang tahu semua itu.

 Aku tidak menyalahkan, hanya saja sangat menyayangkan tindakan tersebut. Aku rasa, seberat apapun masalahnya. Masih ada Allah yang tidak pernah tidur untuk kita mintai pertolongan. 

            Aku akan sedikit bercerita tentang masalah hidupku yang relevan dengan pembahasan sebelumnya, tentang masalah hidup. Masalah hidup yang sangat aku syukuri karena telah melewatinya. Masa yang menurutku adalah masa terendah hidupku selama ini.

            Waktu itu, aku masih berstatus sebagai mahasiswa akhir. Saat itu, aku sudah mencapai tahap untuk menyelesaikan skripsi. Melakukan banyak rangkaian persiapan, sebelum akhirnya melakukan penelitian yang telah disetujui oleh pembimbing. Singkat cerita, judul skripsiku telah disetujui.

            Masalah yang pertama adalah bahan penelitian yang aku pilih tidak tersedia dalam jumlah yang banyak, sedangkan yang  kubutuhkan lumayan banyak. Masalah awal ini, sudah cukup membuatku pusing. Sebab bahan penelitian itu, tidak gampang ditemukan dan musiman. Tidak di semua daerah ada tanaman buah itu. Tumbuhnya harus berada di dataran tinggi.

Aku sempat mengajukan pergantian judul, tapi sayangnya tidak disetujui oleh pembimbing. Aku malah disuruh mencari sampai dapat, karena judul penelitian itu tergolong baru di kalangan mahasiswa, makanya banyak dosen yang menyukai judul tersebut.

            Aku cukup lama menunda proses penelitianku kala itu. Aku sudah berusaha untuk mencari tapi tidak kunjung kutemukan. Ada juga yang aku temukan meski sedikit dan sungguh jauh dari jangkauan. Kala itu, aku juga terkendala biaya. Jadi, sempat aku menemukan informasi tentang buah itu, tapi lagi-lagi ongkos kirim yang jadi masalahnya.

            Kala itu aku benar-benar pusing dan hampir putus asa. Aku hanya bisa melihat teman-teman yang lain yang penelitiannya sudah hampir selesai, sedangkan aku masih pusing tujuh keliling mencari bahan. Setiap hari aku hanya bisa berdoa kepada Allah agar Allah berikan jalan yang terbaik, aku berdoa agar Allah berikan bantuan dan petunjuk.

Setelah hampir satu bulan aku menanti keajaiban dan bernegosiasi dengan dosen pembimbing. Aku seperti mendapat uang kaget saat mendengar kabar dari keluarga bahwa bahan yang kamu butuhkan sudah ada dan lumayan banyak. Aku sangat bersyukur mendengar kabar itu. Aku sangat berterima kasih pada Allah karena telah mendengar doaku. Alhamdulillah. Akhirnya aku bisa memulai penelitianku hingga akhir.

Setelah itu, kurang lebih satu bulan kemudian, aku telah menyelesaikan penelitianku dan sudah mendapatkan hasil akhir atau jawaban dari penelitianku. Ternyata, lagi-lagi Allah berikan ujian kepadaku secara tiba-tiba. Hasil penelitian yang aku lakukan selama kurang lebih satu bulan sebelumya, tidak diterima oleh pembimbing. Alasannya karena mereka mendengar bahwa alatnya kurang baik, jadi otomatis hasil yang dikeluarkan tidak bisa dijamin keakuratannya.

Saat mendengarkan kabar penolakan itu, hatiku benar-benar hancur. Aku kecewa dan sedih sejadi-jadinya. Aku hanya bisa menangis saat kembali ke indekos tempatku beristirahat dan menikmati banyak rasa disana.

Perasaanku terasa sakit sekali setelah mendengar pembimbing mengatakan kalau penelitian yang aku lakukan harus ganti probandus jadi hewan yang ukurannya lebih besar. Yah, lagi-lagi aku harus beli hewan yang harganya tidaklah tergolong murah. Bukan hanya satu ekor hewan yang dibutuhkan, tapi enam ekor hewan. Aku sempat merasa marah kepada pembimbing. Aku marah karena aku menganggap kalau pembimbing tidak mengerti perasaanku, mereka seperti tidak memikirkan sama sekali kondisi keuangan mahasiswanya, mereka tidak peduli sama sekali kondisi psikis mahasiswa yang di mintai ini dan itu, harus melakukan ini dan itu. Seakan-akan posisi sebagai pembimbing adalah untuk dipatuhi, bukan mengarahkan.

Setelah berminggu-minggu, aku hanya bisa pasrah dengan cobaan tersebut. Aku berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menyelesaikan penelitian ini dengan baik, meski banyak rintangan.

Suatu ketika, aku tersadar bahwa selama ini aku hanya berusaha lewat jalur pada umumnya, aku sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi hasilnya masih jalan ditempat. Akhirnya aku sadar bahwa ada jalan yang aku lupakan, yaitu meminta pertolongan kembali kepada Allah lewat jalur langit.

Setelah aku sadar akan hal itu, aku berikhtar untuk meminta pertolongan Allah dengan cara-cara yang jarang aku lakukan. diantaranya melakukan salat tahajjud di sepertiga malam, sedekah meski tidak banyak, shalawat setiap hari, sebisa mungkin melakukan sholat sunnah, dan lain-lain. Aku melakukan semua itu sampai pada akhirnya aku merasa mendapat ketenangan dalam jiwaku. Sedikit demi sedikit urusan penelitianku juga meningkat seiring waktu. Pada akhirnya aku sampai pada tahap ujian tutup, dan lulus. Aku sangat percaya akan doa yang aku panjatkan kepadaNya. Aku percaya bahwa seberapa kerasnya usahamu, jika bukan karena pertolongan Allah maka itu tidak akan terjadi. Sebaliknya, jika engkau senantiasa berdoa ditengah kesulitan. Maka engkau akan sadar bagaimana dahsyatnya keajaiban doa.

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tidak mudah

Bercerita

Kisah Menjadi Karya