Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2024

Hampir Menyerah

Sejak kecil, orang tuaku selalu menyinggung hal yang berbaur tentang pendidikan. Kata mereka, aku harus rajin belajar agar menjadi anak yang pintar. Sebisa mungkin harus rutin untuk selalu mengulang pelajaran . Agar nantinya, jika ada ujian aku bisa menjawab dengan baik dan benar. Aku harus menjadi anak yang berpendidikan. Jangan seperti mereka yang kurang beruntung karena hanya bisa merasakan duduk di bangku tingkat SMP dan SD. A ku harus sekolah sampai sarjana , baru pikir tentang menikah . Aku harus mencapai cita-cita yang aku impikan. A ku selalu mendengar bahwa orang berpendidikan itu hidupnya enak. Orang berpendidikan itu tidak perlu mencari uang dengan susah payah , t idak perlu pergi ke kebun panas-panasan, apalagi hujan-hujanan.  Cukup dengan menjual jasa nya dan melakukan keahlian mereka. Keahlian mereka akan sangat dibutuhkan dan dipercaya, apalagi mereka punya ijazah dan sertifikat yang mendukung keahlian nya . Ada banyak cerita orang tuaku yang begitu menyent...

Dunia Penuh Kejutan

  Manusia sebagai makhluk yang punya hasrat, memiliki kecenderungan sifat selalu ingin memiliki. Memiliki sesuatu yang diinginkan, sesuatu yang membuat diri merasa senang, merasa puas, dan juga merasa bangga atas apa yang ia miliki. Sifat kecenderungan tersebut, seringkali membawa seseorang kepada perkara yang merugikan, juga memalukan. Seringkali lupa bahwa apa yang Allah berikan di dunia ini, semua hanyalah sebuah titipan dan amanah. Titipan sebagai senjata, sebagai acuan, sebagai bekal untuk kelak kita menuju kepadaNya. Amanah yang tujuan sebenarnya untuk kita kembangkan, dididik, diberi ilmu, dijaga, dan dirawat. Tapi, karena hasrat yang begitu bergelora, akhirnya membawa pada kebatilan. Sebab tidak mampunya kita untuk mengelola hasrat kita dengan baik, semua titipan dan amanah yang diberikan oleh Allah, berubah menjadi sebuah ujian kehidupan. Manusia juga memiliki kecenderungan kepada ketakwaan, tapi disaat yang bersamaan pula batin pun harus berperang melawan hawa nafsu...

Disadarkan Masa Lalu

  Setiap orang punya kisah dihidupnya. Entah itu kisah yang membahagiakan, ataukah kesedihan yang mendominasi kisah hidupnya. Setiap orang punya rasanya masing-masing. Entah ia memperlihatkan, ataukah memutuskan untuk memendam. Setiap orang punya waktunya untuk menikmati perasaannya sendiri. Entah untuk merenungkan, mengenang kembali, berusaha memperbaiki kesalahan yang dilakukan di masa lalu agar kelak dimasa sekarang dan masa depan tidak lagi terulang.  Bernostalgia adalah salah satu caraku untuk bisa mengambil pelajaran hidup yang telah lalu, kemudian mengenang rasa sedih dan bahagia yang sebagian besarnya tidak akan terulang lagi. Mengenang masa lalu adalah kejadian yang tidak menentu, tidak pula direncanakan, dan secara tiba-tiba teringat begitu saja. Bagiku, nostalgia itu rasanya seperti berwisata ke masa lalu. Berwisata ke tempat-tempat tertentu yang aku kunjungi di masa lalu. Melakukan beberapa aktivitas disana dan berhasil memberi kesan tersendiri  yang bis...

Berhenti Meyiksa Diri

Tipe anak yang pendiam dan pemalu sepertiku, rasanya banyak sekali yang perlu aku benahi. Mulai dari sikap hingga kebiasaan hidup yang tidak karuan. Aku adalah tipikal orang yang kurang percaya diri, orang yang gampang kepikiran dan gampang merasa down. Usia 20 tahunan ini, aku masih merasa sulit untuk berbicara di depan banyak orang, apalagi di tempat umum. Orangnya puitis sekaligus cengeng dan termasuk paling cuek di lingkungan pertemanannya. Entah semua ini pembawaan dari lahir ataukah buah dari pahit manisnya hidup yang telah aku lewati selama 24 tahun ini. Selain tipikal yang aku sebutkan di atas, aku juga sebenarnya anak yang suka memendam perasaannya sendiri. Bukan karena tidak punya teman untuk bercerita, tapi aku rasa masalahku cukup aku dan Tuhanku saja yang tahu, lalu aku mencari jalan keluarnya sendiri. Alhasil, tidak jarang aku hanya bisa menangis sesegukan di bawah bantal, tanpa suara. Melepaskan semua emosi yang membuat sesak di dada. Aku suka memendam perasaanku ...

Belajar Lagi

Semakin dewasanya diri seseorang, tentu akan semakin banyak pula hal yang ia pikirkan. Semakin banyak hal yang ingin dicapai dan ingin diselesaikan. Banyak target dan mimpi yang berusaha ia wujudkan. Makin hari, akan semakin banyak pula pertanyaan yang muncul. Makin banyak keresahan yang hanya bisa dirasakan seorang diri. Pertanyaan terkait masa depan tentu menjadi posisi paling atas, dan bukan hal baru lagi jika mendengar bahwa masa depan seringkali menjadi kekhawatiran tersendiri. Tidak dapat kita pungkiri bahwa menjadi orang dewasa memang sudah waktunya untuk resah. Resah sama banyak hal yang mungkin bisa saja kita kendalikan, tapi tidak dapat kita pastikan keberhasilan atau kepastiannya. Terlebih lagi resah dengan hal-hal yang memang diluar kendali diri. Meski kita sudah mengusahakan agar tidak terjadi. Meski kita telah mengorbankan sesuatu yang berharga dalam hidup kita. Tapi tetap saja, hanya takdir dan kehendak dari Allah yang bisa menjawabnya.      ...